![]() |
dhafi-photo-journal |
Sebuah wejangan yang sering kita temui sejak kecil adalah jangan terlihat lemah.
Jangan lembek, jangan rapuh. Bagi laki-laki nasehat itu muungkin di tambahkan dengan kalimat : kamu harus kuat, tidak boleh menangis di depan orang lain, jangan mau di sepelekan karena harga diri adalah harga mati. Mungkin tidak ada yang salah tapi mungkin memang ada yang salah. Lalu apa yang terjadi saat kita memegang teguh pesan tersebut?
Beberapa hal ini mungkin terjadi dalam keseharian kita, merasa tidak percaya diri di sebagian besar hidup kita, Perfeksionis berlebihan, Overkritik dan overthinking kerap terjebak dalam relasi yang normatif, percakapan yang membosankan, kurang teman, kurang mengalami hubungan emosional, terlalu memikirkan pendapat orang lain.
Ternyata, menghindari kerentanan, kerapuhan, vulnerability, untuk selalu nampak kuat dan sempurna adalah sebuah bentuk kerentanan tersendiri. Coba bayangkan, orang mana yang mau berteman atau berhubungan dekat dengan seseorang yang sempurna, tidak pernah salah, selalu kuat, selalu hebat, seperti malaikat. Padahal manusia adalah manusia tempatnya ketidaksempurnaan yang mana itu membuat kita menjadi unik dan menarik. Faktanya kerentanan, kelemahan, kerapuhan, vulnerability adalah kunci dari ikatan yang kuat antar manusia. Menjadi rentan bukan saja soal bagaimana kita dapat menjadi diri kita sendiri dengan segala kelemahan dan kelebihannya atau membuat kita dapat membagi ketakutan, kekurangan dan kegelisahan kita, melainkan juga mengambil posisi dimana kita tidak terlalu bermasalah dengan penolakan, suasana yang tak selalu sesuai yang direncanakan, disepelekan atau bahkan dibully.
Tuntutan untuk menjadi sempurna juga kadang kala membuat seseorang rela untuk terlihat bodoh, kalem, diam, padahal ia tidak bodoh dan tidak sediam itu. Itu dilakukan semata karena takut untuk mengekspresikan atau mengungkapkan perasaannya, cari aman, tidak ingin tampak rapuh.
Jadi, menjadi rapuh adalah soal menjadi berani dan jujur dalam menjalani hidup. Kerentanan adalah hal yang tak pernah ditunjukan oleh seseorang dengan nice guy syndrom sehingga mengakibatkannnya tak memiliki teman pria yang akrab. Dalam buku Models karya Mark Manson, kerentanan justru jadi kunci sukses untuk mendapatkan perempuan, tidak seperti bagaiman yang kita pikir, bahwa perempuan hanya memuja orang-orang yang sempurna dan kuat luar biasa, ternyata tidak seperti itu.Tentu saja harus digaris bawahi Bahwa kerapuhan atau menjadi rentan bukan berarti kita menjadi cengeng atau lemas luar biasa, akan tetapi menjadi rentan adalah soal menjadi berani dan jujur dalam menjalani hidup.
Maka dari itu dari catatan ini mengajak kita untuk berfikir kembali tentang makna kerapuhan dan nasihat-nasihat untuk menutupinya yang telah ditulis diatas. Jangan-jangan ada yang perlu diperbaiki dari itu semua. Lalu bagaimana melihatnya pada diri kita?
Ciri paling khas dari masalah ini adalah kita sering merasa kesepian, keterasingan atau seperti kata Nietzsche: sepi dalam keramaian, namun ramai dalam kesepian, kemudian ditandai kita mungkin kerap diselimuti rasa iri atau heran melihat teman-teman yang jelek, kadang-kadang emosian, biasa saja begitu banyak kekurangannya tapi ternyata dicintai dan disukai oleh banyak orang. Sementara kita yang sempurna atau yang kalem, yang baik-baik ini justru tidak begitu dan itu membuat kita bingung dan tertegun. Tapi coba tanyakan kepada diri kita sendiri, bahwa kita memang lebih nsuka berteman dengan orang-orang yang rapuh, yang sedikit lemah, yang nyebelin, yang lucu, jujur dan menjadi dirinya sendiri, ketimbang berhubungan dekat atau berteman dengan manusia yang sempurna seperti dewa atau yang sama sekali tak punya ekspresi, begitu bukan?
Jika itu yang terjadi pada diri kita maka kita harus mulai berteman dengan kerapuhan yang ada dalam diri kita. Barangkali tidak akan mudah pada awalnya. Tapi kita harus mencobanya.
Untuk menjadi rapuh dan dapat benefit darinya sehingga kita dapat jujur dan menjadi diri kita sendiri, maka mulai sekarang kita harus:
- Lebih berani mengungkapkan emosi yang kita rasakan
- Lebih sering mendapatkan penolakan dan menganggapnya ya biasa saja
- Lebih jujur dengan lingkungan dan terutama diri kita sendiri.
Sebuah studi yang dilakukan oleh James Gross, menemukan bahwa upaya kita untuk menyembunyikan perasaan dapat menyebabkan lonjakan tekanan darah orang lain. Ini menjelaskan mengapa kita merasakan ketidaknyamanan yang tidak dapat dijelaskan di sekitar orang yang tidak menjadi dirinya sendiri.
Joseph Campbell mengatakan
"Sempurna tidak manusiawi.
Apa yang membangkitkan cinta adalah
ketidaksempurnaan dari manusia,"
Comments
Post a Comment